“Rebuilding the system of public education will take many years of struggles and setbacks, as well as insight and epiphanies, to accomplish. But the rewards will be reaped with every child who experiences greater accomplishment and ability to contribute to the lives of others. Never before has the success, perhaps even the survival, of notions and people been so tightly tied to ability to learn. Consequently, our future now depends, as never before, in our ability to teach.”
- Darling–Hammond dan Bransford, 2005
What does make an inspiring teacher inspire the students?
Pertanyaan terlintas dalam benak saya sore itu, ketika di grup SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan, dan Terluar) mendiskusikan bagaimana seorang guru bisa merasakan kebahagiaan, yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain, ketika menemukan siswa yang mengalami peningkatan dalam hal perilaku dan akademik. Kenapa pertanyaan tersebut terlintas, karena saya yakin ada andil dari guru yang mampu menginspirasi siswa untuk menjadi lebih baik. Ada andil dari seorang guru sehingga siswa tersebut mau memperbaiki dirinya, baik secara akademik maupun perilaku.
Kemudian , saya teringat suatu gagasan yang disampaikan oleh Eric Holey (dalam Bishop dan Denley, 2007) yang membagi guru menjadi dua macam, yaitu guru yang biasa saja dan guru profesional. Guru yang memilih dirinya untuk menjadi biasa saja sebenarnya bukanlah guru yang buruk. Mereka melaksanakan tugas sebagai guru dengan baik, seperti merencanakan dan menyiapkan pembelajaran mereka dengan teliti, serta mereka juga peduli pada siswa mereka. Hanya saja, mereka merasa cukup dengan apa yang mereka lakukan saat ini dan tidak sadar bahwa kompetensi yang mereka miliki (kompetensi profesional, pedagogik, kepirbadian, dan sosial) bisa mengalami penurunan dari waktu ke waktu bila tidak di-upgrade.
Hal ini kebalikan dengan guru profesional, yang sadar bahwa untuk bisa mencapai profesionalisitas mengajar, dia harus senantiasa meningkatkan, atau setidaknya mempertahankan kompetensi yang dimilikinya. Sehingga menjadi guru profesional bukanlah tujuan akhir, tetapi lebih kepada suatu proses yang berkelanjutan.
Lalu mucul pertanyaan baru dalam benak saya, Apakah dengan menjadi guru yang profesional, kita juga akan menjadi guru yang menginspirasi?
Continue reading →