
Serdadu 15 PPG Fisika UPI 2014
“Rebuilding the system of public education will take many years of struggles and setbacks, as well as insight and epiphanies, to accomplish. But the rewards will be reaped with every child who experiences greater accomplishment and ability to contribute to the lives of others. Never before has the success, perhaps even the survival, of notions and people been so tightly tied to ability to learn. Consequently, our future now depends, as never before, in our ability to teach.”
Darling Hammond dan Bransford (2005)
Di antara tugas modul suhu dan kalor, dan tugas presentasi gelombang optik, tak sengaja saya melihat kalender di desktop, 3 Mei 2014. Malam minggu, masih depan Monitor, di ruang makan asrama, bersama 14 orang serdadu PPG Fisika lain yang masih memaksa mata untuk tetap melek demi menyelesaikan tugas.
Ah.. mau bilang tidak terasa, tapi memang terasa, sudah 2 bulan lebih masuk asrama, jadi santri PPG UPI 2014. Santri PPG, Pondok Pesantren Guru, itulah selintingan kami untuk program PPG ini. Karena memang terasa seperti di pondok pesantren. Full 24 jam kehidupan kami di asrama dan kampus, senin-jum’at kuliah, sabtu-minggu kegiatan asrama.
Rinciannya? Bangun pukul 04.00 untuk Shubuh berjama’ah dan ikut kajian ba’da Shubuh.
Kuliah dari pukul 08.00, istirahat saat siang hari, lanjut lagi pukul 13.00 sampai 17.10, bahkan terkadang adzan maghrib baru balik lagi ke asrama. Itu kegiatan setiap harinya, dan akan lebih pagi lagi bila hari senin dan jum’at, karena ada upacara dan apel pagi.
Malam Selasa dan Malam Jum’at stay di Al-Furqon dari Maghrib sampai isya, untuk mengikuti diskusi wawasan keislaman.
Soal makan, kami harus makan bersama; pagi, siang, dan malam, bersama-sama.Sabtu-Minggu (sejauh ini) diisi dengan kegiatan bimbingan baca qur’an, dan senam pagi. Kedepannya nanti akan ada pelatihan pramuka, soft skill, dan lain-lain.
Nah, persis di pondok pesantren kan?
Kalau saya sih ngerasanya seperti itu, hanya saja mungkin bedanya di sini dengan pondok pesantren kebanyakan, kita tidak menelaah kitab kuning atau tafsir Al-Qur’an, tapi menelaah Tipler dan Hewitt. Kami tidak mendiskusikan Hadist, tapi Asas Bernoulli. Kami tidak menkaji ayat-ayat, tapi Hukum Newton.
Itu saja bedanya, selebihnya semua sama dengan pondok pesantren.
Di antara tugas modul suhu dan kalor, dan tugas presentasi gelombang optik, pop mie dan kopiko 78, sudah banyak yang kami lalui dua bulan lebih ini. Dicerca dosen, dipontang-panting tugas (yang walau gak tidurpun masih gak selesai), setiap harinya. Bahkan sering kali kami pulang kuliah dalam keadaan kepala rasanya mau pecah saja. Setiap harinya. Tugas setiap hari terus bertambah, selesai satu tumbuh seribu.
Tak pernah ada habisnya, bahkan salah satu anggota serdadu 15 dalam seminggu cuma tidur 8 jam saja, dalam satu minggu!!
Untuk apa? untuk menyelesaikan tugas tadi.
Karena apa? karena kalau kuliah tanpa persiapan, akan mengakibatkan cercaan yang luar biasa.
Ya, walau akhirnya dosen-dosenpun mulai melunak karena melihat mata kami yang makin membengkak dan muka kami yang makin gak karuan.
“nah. sekarang kalian sudah keliatan seperti seorang guru“, itu kata Pak Made suatu waktu.
Terpikir, ya beginilah mungkin muka guru, terkantuk-kantuk. hehehe..
Di antara tugas modul suhu dan kalor, dan tugas presentasi gelombang optik, pop mie dan kopiko 78, kok isinya seperti curhat ya? emang curhat sih. hehehe..Curhat tentang 2 bulan lebih waktu yang dilalui di sini. Saya teringat kata-kata Pak Andi beberapa waktu lalu tentang apa itu guru profesional, kurang lebih seperti ini :
“Guru profesional bukanlah guru yang melaksanakan tugas sebaik-baiknya, tapi guru yang punya komitmen yang teguh, komitmen untuk terus menjaga dan meningkatkan mutu pembelajarannya di kelas.Guru yang senantiasa merasa gelisah dengan apa yang dicapai oleh siswanya, guru yang senantiasa merefleksi diri bahwa ketercapaian kompetensi siswanya adalah karena murni cara dia mengajar, sehingga ketika ketercapaian itu rendah, dia berusaha memperbaiki mutu pembelajaran di kelas dengan meningkatkan kualitas dirinya dari aspek konten, aspek pedagogis, aspek kepribadian, dan sosialnya.
Itulah guru profesional.”
Lalu apa hubungannya dengan PPG yang kami ikuti saat ini?
Continue reading →