Semangat keseragaman dalam tiap aspek kehidupan, termasuk dalam pendidikan, telah mengesampingkan kenyataan bahwa setiap individu memiliki perbedaan karakter, pola pikir, kemampuan, dan sifatnya masing-masing. Yang mereka bawa dari latar belakang keluarga, lingkungan, suku, etnis, dan agama.
Semangat keseragaman dalam pendidikan meminta siswa untuk selalu sama, bahkan cenderung memaksa. Sehingga terbentuklah suatu pandangan bahwa beda itu ‘aneh’, beda itu ‘jelek’, beda itu ‘salah’.
Sebagai contoh pada pembelajaran menggambar, siswa yang menggambar bunga mendapatkan nilai yang lebih kecil dari yang menggambar dua gunung dengan jalan dan pematang sawah.
Atau siswa yang menjawab soal dengan kata-kata sendiri mendapat nilai yang lebih kecil dengan siswa yang menjawab sesuai teks di buku.
Atau pemberian contoh pemuaian pada benda padat harus rel kereta api padahal di daerah tersebut tidak ada kereta api.