Tapis Blogger Gathering : Kumpul Seru Penuh Ilmu

Sebenarnya sudah sedari dulu Ummu Aza minta saya untuk gabung di Tapis Blogger atau setidaknya ikut kegiatannya saja. Saya selalu tolak dengan berbagai alasan, tidak ada waktu-lah, cepek-lah, dan jurus jitunya, “Abah belum bisa fokus nulis, Mi, masih suka semaunya, gak pede kalau gabung komunitas. “Ya, jujur saja saya memang merasa tidak percaya diri dengan tulisan saya, ketidakkonsistenan saya. Telebih lagi kalau stalking IG-nya Tapis Blogger, saya minder, komunitas ini pasti isinya orang-orang yang jago banget menulis.
Tapi beberapa hari lalu, ada pesan di WAG, Tapis Blogger mengadakan acara Tapis Blogger Gathering, Ahad (17/12/2017). Tidak tahu dapat ilham dari mana, saya forward pesan tersebut ke Uminya Aza, dengan tambahan pesan,
“Abah ikut ini ya?” plus emot senyum nyengir.

Apa itu Tapis Blogger?

Tidak berapa lama dari acara Gathering dimulai, 2 anggota diminta untuk memberikan testimoni tentang Tapis Blogger. Umi Neni Suswati, yang saya kagumi lewat tulisan-tulisannya tentang pendidikan anak, maju untuk berbagi pengalaman dengan 40 peserta gathering, beliau memaparkan bagaimana semangat beliau untuk terus menulis. Dan Tapis Blogger merupakan wadah yang keren untuk terus belajar dan mengembangkan minat dan bakat beliau dalam menulis.

IMG_20171217_092849

Umi Neni Berbagi Pengalaman Beliau di Tapis Blogger

Selanjutnya, Mas Iwan, founder @eventlampungdotcom, memaparkan bagaimana blogging dan Tapis Blogger membuat beliau semakin banyak kenalan dan job.

Mba Naqiyyah Syam lalu memperkenalkan secara jelas apa itu Tapis Blogger. Tapis Blogger ternyata komunitas Blogger yang ada di Lampung  dan ingin mengenalkan Lampung ke masyarakat di luar sana. Mulai dari pariwisata, kuliner, sampai apa yang lagi happening di Lampung.

“Ya, kita ingin Lampung tidak hanya terkenal dengan begal.” Jelas beliau.

Beliau juga memaparkan bagaimana perjalanan founders hingga dapat mendeklarasikan Tapis Blogger sebagai komunitas Blogger di Lampung pada 31 Agustus 2016.

Continue reading

Idul Adha dan Meneladani Ibrahim

Idul Adha merupakan momen yang tepat bagi kita untuk memaknai kembali makna pengabdian kepada Allah. Tidak hanya melalui ibadah qurban tetapi melalui perjalanan hidup Ibrahim dan keluarga, yang menyejarah sampai sekarang.

20914177_10211803029663198_2206129430563656441_n

Dari Ibrahim kita belajar untuk menjadi imamul muttaqin, imam bagi orang-orang yang bertaqwa. Menjadi kepala keluarga yang mampu memberikan nasihat dan teladan kepada orang-orang terdekatnya, mampu membimbing keluarganya menjadi keluarga yang yakin, taat, bertawakkal dan berhajat hanya kepada Allah saja.

Tidak mudah untuk dilakukan, karena Ibrahim menunjukkan kepada kita bahwa untuk menjadi imamul muttaqin, kita harus siap untuk menjadi pribadi yang taat dan berserah diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah walau hidupnya terus dipenuhi dengan ujian.

Continue reading

Sukses Itu

Sukses itu relatif, tiap orang memiliki definisi masing-masing, bergantung pada sudut pandang orang tersebut. .
.
.

Ada yang bilang sukses itu punya banyak uang, kuliah di PTN favorit, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ada juga yang bilang kalau bisa pergi haji tiap tahun termasuk sukses. Ada pula yang beranggapan bahwa melakukan hal-hal kecil dengan baik, itu juga sukses. Dan begitu banyak lagi pendapat orang tentang sukses. .
.
PhotoGrid_1502208100444.jpg

Ya.. Tiap orang memiliki definisi masing-masing tentang sukses. .
.
.
Continue reading

Bentuk Rasa Syukur

“….barangsiapa yang bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmat, tetapi barangsiapa kufur (tidak bersyukur) atas nikmat, sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.” (QS. Ibrahim:14) .
.
.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menunjukan rasa syukur kita. Namun, yang paling pokok dan penting adalah dengan cara memanfaatkan dan mendayagunakan segala pemberian Allah untuk hal-hal yang diperintahkan-Nya. .
.

IMG_3176.JPG
Mari bersama-sama memanfaatkan potensi yang kita punya untuk melaksanakan amal-amal kebaikan. Berbenah diri, menjadi diri yang lebih baik. Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah.

Egosentris

Sebagai orang tua, kita ingin menjaga anak kita untuk selalu berada dalam pergaulan yang baik, tidak terpapar oleh lingkungan yang buruk, dan mampu bersosialisasi tanpa terjerumus ke dalam hal-hal yang menurunkan derajat mereka. .
.

Namun, kita sadar bahwa penjagaan kita itu tidak paripurna dan berlangsung selamanya. Ada masa dimana kita tidak bisa menjaga anak kita secara terus menerus, sehingga yang bisa kita harapkan adalah kemampuan mereka sendiri untuk menjaga diri dari pengaruh lingkungan yang buruk. .
.
2017-07-28 08.59.18 1.jpg
Ya, kita harus mengajari mereka ‘berenang’ atau ‘membuat’ perahu sendiri agar tidak tenggelam, daripada terus membangun bendungan atau tembok yang kita tahu lama-kelamaan akan amblas oleh derasnya arus globalisasi. .
. Continue reading

Itqan

Seorang muslim yang bekerja dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT pada akhirnya akan memiliki sifat itqon (baca ; profesional) dalam pekerjaannya. Dia sadar bahwa ketika dia hadir tepat waktu, melaksanakan kewajibannya dengan tuntas, tidak menunda pekerjaan, tidak meremehkan pekerjaan, adalah bagian yang penting dari bekerja itu sendiri yang dia tujukan sebagai ibadah kepada Allah SWT. .
.IMG_3151

Continue reading

Kenangan

Saya yakin, setiap diri kita memiliki kenangan masa kecil yang kita simpan rapih dalam kotak ingatan. Kita menyimpannya dengan apik, lalu dengan semakin bertambah dewasanya kita, kotak ingatan itu perlahan mulai kita kosongkan. Kita mulai melupakan kenangan masa kecil, membuang hal-hal yang dirasa tidak perlu, bahkan barangkali membuang semuanya. .
.

Padahal, saat kita menjadi orang tua, kotak ingatan masa kecil itu akan membantu kita, masuk ke dalam dunia anak kita, membagi pengalaman masa kecil kita dengan mereka. .
.april_2017-07-08-21-46-10-239.jpg

Melalui dongeng-dongeng yang kita ceritakan kembali, tiruan suara binatang, bermain peran, memberi nama setiap mainan, bahkan menari dan menyanyi lagu anak-anak.

Continue reading

Telaga Kautsar

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Anas r.a, pernah suatu saat RasuluLlah SAW sedang bersama para sahabat dalam keadaan tidur ringan. Beliau terbangun dan tersenyum. Para sahabat kemudian bertanya kenapa beliau tersenyum. “Baru saja turun padaku suatu surat.” Lalu beliau membacakan surat Al Kautsar: 1-3. . . “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” . .

GOPR8885.JPG

Setelah itu beliau menjelaskan tentang makna dari Al – Kautsar. . “Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut.  Allah berfirman: Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.” (HR. Muslim no. 400). .
.
Selain memberikan kabar gembira kepada kita tentang adanya telaga RasuluLlah SAW di akhirat kelak, surat Al-Kautsar mengingatkan kepada kita tentang nikmat yang begitu banyak yang telah Allah berikan kepada kita. .
.

Sebagai seorang hamba sudah sepantasnya bagi kita untuk terus mensyukuri nikmat-nikmat yang Allah berikan, yang kita sadari dan yang kita tidak sadari, yang tampak dan yang tidak tampak. .
.

Continue reading

Wangi

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Foto Ahmad Naufal Umam.
Berharap diri yang bau ini terciprat wangi dari beliau-beliau yang harum ilmu dan hikmahnya selalu membuat diri ini terkagum.

Jealousy

Saat satu tahun akademik saya lewati pertama kali di Sekolah Global Madani sebagai Homeroom Teacher (HRT), saya harus menghadapi jealousy syndrome dari anak-anak yang tidak lagi menjadi bagian dari kelas saya di tahun akademik berikutnya.

Sejujurnya saya merasa geli melihat tingkah mereka saat itu. Ada yang bilang saya pilih kasih, nda care lagi, bahkan sampai ada yang menampilkan prilaku ‘ngambek’ yang parah. Tapi, seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka paham bahwa siapapun HRT-nya, menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri adalah tanggung jawab diri sendiri, bukan karena diminta oleh HRT.
Foto Ahmad Naufal Umam.
Satu tahun akademik terlewati kembali. Mereka lulus dengan baik. Saya bangga dengan pencapaian akademik dan perilaku mereka, baik yang menjadi bagian dari kelas saya maupun yang tidak.

Continue reading